Nama adalah identitas pribadi sekaligus identitas budaya si penyandang. Terkhusus orang Jepang yang punya budaya sendiri dalam aturan pemberian nama.
Kalau kamu sering mengamati nama dari publik figur Jepang, pasti sadar bahwa nama mereka selalu diawali dengan nama keluarga.
Masyarakat Jepang selalu menempatkan nama keluarga (myōji) di depan nama pemberian (mei). Nama keluarga ini diturunkan secara patrilineal, yakni berasa dari nama keluarga Ayah.
Lantas, bagaimana dengan warga luar Jepang yang mau menulis nama orang Jepang? Apakah aturannya mengikuti budaya Jepang?
Cara Warga Asing Menuliskan Nama Jepang
Aturan penamaan di luar Jepang, khususnya Barat, dituliskan dengan nama pemberian (given name) yang diikuti nama keluarga (surname/family name). Oleh karena itu, media asing biasanya menuliskan nama orang Jepang secara terbalik.
Contohnya Mitoma Kaoru, pesepakbola yang bermain di Liga Inggris, dituliskan sebagai Kaoru Mitoma. Penyanyi kondang Hikaru Utada juga dituliskan terbalik dari nama aslinya, yaitu Utada (nama pemberian) Hikaru (nama keluarga).
Namun, yang perlu menjadi catatan adalah penamaan terbalik ini hanya berlaku dalam penulisan huruf latin (romaji). Sedangkan, ketika nama orang Jepang ditulis dalam huruf Jepang (hiragana atau kanji) tetap ditulis dengan aturan di Jepang (lihat gambar di bawah).
Penyesuaian ini sudah bermula sejak Zaman Meiji, ketika kebudayaan luar mulai memasuki kehidupan masyarakat Jepang.
Pada saat itu, publikasi luar negeri lebih memilih untuk menggunakan aturan mereka, sehingga membuat nama orang Jepang dibalik ketika dipublikasikan di luar.
Lalu, pada tahun 2008, penyesuaian nama dikembangkan lagi dengan memasang dua jenis penulisan, yakni menuliskan nama Jepang dengan hiragana secara horizontal dan disertai nama terbaliknya dalam huruf latin.
Himbauan untuk Mengikuti Sesuai Tradisi Jepang
Kendati nama orang Jepang di luar sudah mengalami penyesuaian, Pemerintah Jepang akhirnya mulai mendorong pemberlakuan budayanya secara universal.
Pada 2019, Menteri Luar Negeri Jepang saat itu, Kōno Tarō menghimbau media luar negeri untuk mulai membiasakan menulis nama Jepang dengan nama keluarga terlebih dahulu sesuai tradisi.
Beliau ingin Jepang bisa mengikuti Tiongkok dan Korea yang berhasil menerapkan aturan penamaan tradisionalnya di dunia internasional.
Iktikad tersebut mulai terwujud di akhir 2019, ketika Kementerian Pendidikan, Budaya, Olahraga, Sains, dan Teknologi Jepang (MEXT) mengumumkan akan menerapkan aturan tradisional penamaan Jepang di setiap dokumen yang dipublikasikan media luar.
Media seperti The Economist dan NHK-World Japan mulai mengikuti kebijakan tersebut per 2020. Diikuti oleh event internasional 2020 Summer Olympic Games yang diselenggarakan di Tokyo, yang mana para atlet Jepang menggunakan aturan penamaan tradisional.
Jadi Harus Nama Keluarga atau Nama Pemberian Dulu?
Sebagai warga Indonesia, tentu tidak ada aturan yang mengikat mengenai cara menuliskan nama orang Jepang.
Baik itu dengan aturan barat atau aturan tradisional Jepang, keduanya sama-sama bisa kita gunakan.
Namun, penulis pribadi lebih condong untuk mengikuti aturan tradisional Jepang.
Selain karena budaya itu sedang digalakkan oleh Pemerintah Jepang, urutan penamaan ini juga terasa lebih familiar ketika menyebut nama tokoh fiktif dan publik figur asal Jepang.
Misalnya, nama Uzumaki Naruto yang sudah lebih familiar daripada Naruto Uzumaki; atau Uchiha Sasuke ketimbang Sasuke Uchiha; Hanazawa Kana daripada Kana Hanazawa, dan sebagainya.
Hal terpenting adalah jangan sampai salah menyebut nama orang, hehehe.
Demikian pembahasan kali ini, terima kasih sudah membaca, Kyuugo-tachi!
Baca juga:
Referensi: Wikipedia, The Economist