Tradisi Merayakan Tahun Baru di Jepang

Tidak terasa tahun 2022 akan segera berakhir. Masyarakat pada umumnya akan memanfaatkan waktu libur untuk berkumpul bersama keluarga atau bersenang-senang dengan rekan merayakan malam pergantian tahun.

Tidak terkecuali masyarakat Jepang yang punya tradisinya dalam merayakan tahun baru. Apa saja tradisinya? Yuk kita bahas!

Oosouji

Oosouji adalah tradisi bersih-bersih besar yang dilakukan menjelang tahun baru. Hal ini dilakukan karena adanya kepercayaan dari agama Shinto bahwa Dewa (Kami) Tahun Baru akan mendatangi rumah-rumah pada pergantian tahun. Rumah dibersihkan dengan menyeluruh dan membuat setiap anggota keluarga juga harus ikut membantu bersih-bersih.

(Sumber: Heart Corporation Japan)

Joya no Kane

Ketika malam pergantian tahun tiba, akan terdengar 108 dentuman bonsho (lonceng kuil) dari kuil Buddha terdekat. Ini adalah joya no kane yang merupakan ritual dari agama Buddha dalam menyambut tahun baru. Ritual ini dilakukan dengan tujuan membersihkan hal-hal negatif dari manusia selama setahun ke belakang. 108 dentuman sendiri melambangkan jumlah nafsu manusia berdasarkan kepercayaan Buddha.

(Sumber: Nagoya-Info)

Makanan Spesial Tahun Baru

Perayaan tahun baru tidak lengkap tanpa adanya makanan. Di Jepang, beberapa makanan tertentu dihidangkan setiap tahun baru.

Pertama adalah osechi ryori yang merupakan hidangan besar berisi makanan tradisional Jepang. Osechi ryori disajikan dalam 3-4 kotak bento dan dikonsumsi bersama-sama pada siang hari menjelang malam tahun baru. Makanan yang diperkenalkan sejak Era Heian (794-1185 M) ini awalnya harus dipersiapkan sejak jauh hari. Namun, di masa kini sudah banyak restoran dan mini market yang menyediakannya secara instan. Jadi keluarga tidak perlu repot-repot menyiapkan bahan makanan. Osechi ryori melambangkan harapan dan keinginan yang ingin dicapai di tahun baru nanti.

(Sumber: Wikimedia)

Berikutnya ada ozouni atau zoni, yaitu suatu hidangan sup berisi ayam dan sayuran. Bisa juga dihidangkan bersama tofu dan mochi. Ozouni dimakan pada siang hari, dan disajikan juga bersama osechi ryori.

(Sumber: Wikimedia)

Lalu yang ketiga adalah toshikoshi soba. Makanan mie satu ini dikonsumsi pada malam pergantian tahun baru. Soba disajikan di dalam mangkuk dengan kuah panas dan diberi topping sesuka hati. Bentuk panjang dari soba sendiri menyimbolkan harapan hidup yang panjang dan sehat.

(Sumber: Grapee)

Dekorasi Khusus

Selain makanan, masyarakat Jepang juga memasang dekorasi khusus menyambut tahun baru. Ada kadomatsu yang biasanya dipasang di depan rumah atau kantor sebagai hiasan. Kadomatsu umumnya dibuat dari batang bambu dan ranting daun pinus. Ada juga yang dibuat dengan menambahkan daun plum dan pernak-pernik lain. Kadomatsu bermakna umur panjang, kemakmuran, dan kekokohan.

Sumber: Wikimedia)

Dekorasi khusus lainnya adalah kagami-mochi. Hiasan ini cukup unik karena terbuat dari mochi yang biasanya dikonsumsi. Terdiri dari dua mochi berukuran berbeda. Mochi ukuran besar berada di bawah, sedangkan mochi yang lebih kecil berada di atasnya. Bentuk susunannya mirip dengan cermin kuno (kagami), sehingga dinamakan kagami-mochi. Lalu sebuah jeruk akan diletakkan di paling atas dan menyempurnakan dekorasinya. Hiasan ini dipercaya masyarakat Jepang untuk mengundang dewa pembawa keberkahan.

(Sumber: Koukyou Zen)

Pemberian Spesial Tahun Baru

Masyarakat Jepang juga memberikan sesuatu yang spesial bagi keluarga maupun rekan ketika tahun baru. Pertama ada otoshidama yang merupakan tradisi memberi uang kepada anak-anak. Mereka akan mendapatkannya dari orangtua, kakek-nenek, dan kerabat lain yang lebih tua. Uang yang diberikan rata-rata mencapai ¥5000, tergantung usia si anak.

(Sumber: YABAI)

Berikutnya ada nenga atau nengajo. Nenga adalah surat khusus yang berisi ucapan selamat tahun baru. Nenga dikirimkan kepada sanak keluarga, teman, dan rekan kerja. Surat ini juga dikirim khusus pada hari pertama tahun baru, sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi pengantar surat di Jepang.

(Sumber: Fukuoka Now)

Pemberian lainnya yang cukup unik adalah fukubukuro. Ini adalah tradisi menjual barang dengan diskon besar yang dilakukan oleh pedagang atau toko di Jepang. Barang yang dijual dirahasiakan dari pembeli, dan menjadi kesenangan tersendiri ketika melihat kejutannya.

(Sumber: Moshi Moshi Nippon)

Hatsuhinode

Sesudah melewati malam pergantian tahun, sebagian orang akan tetap terjaga hingga pagi untuk melakukan hatsuhinode. Ini adalah tradisi mengamati matahari terbit yang pertama di tahun baru. Masyarakat Jepang akan berkumpul di puncak gunung, pantai, observatorium, dan tempat lain yang memungkinkan untuk menyambut sang surya. Mereka berdoa dan memohon kesuksesan untuk satu tahun ke depan.

(Sumber: Japan Times)

Hatsumode

Hatsumode mungkin jadi tradisi tahun baru paling populer karena sering muncul di anime, dorama, film, dan media lainnya yang berlatar Jepang. Tradisi dilakukan pada hari-hari pertama di bulan Januari. Masyarakat Jepang akan datang memadati kuil-kuil setempat untuk berdoa dan memohon keberuntungan di tahun yang baru. Kuil yang paling banyak menarik pengunjung adalah Kuil Meiji di Tokyo dan Kuil Inari di Kyoto.

(Sumber: Unsplash)

Setelah mengantri panjang dan berdoa di kuil, pengunjung akan membeli omikuji atau kertas keberuntungan. Biasanya dijual seharga ¥100 dan berisi tiga jawaban yang akan menentukan keberuntunganmu di tahun tersebut, yaitu daikichi (sangat bagus), kichi (bagus, cukup), dan daikyo (buruk). Pengunjung yang mendapat daikyo akan mengikat kertasnya di tiang kayu kuil. Pengunjung juga bisa membeli jimat keberuntungan yang disebut omamori.

(Sumber: Unsplash)

Selain tradisi-tradisi di atas, mungkin masih banyak lagi tradisi lain yang dilakukan masyarakat Jepang. Intinya adalah merayakan pergantian tahun dengan suasana kegembiraan dan rasa syukur. Berkumpul bersama keluarga dan tak lupa berdoa untuk kebahagiaan di tahun berikutnya.

Sebagai penutup, kami dari OtakuLine mengucapkan selamat tahun baru! Semoga kesuksesan dan kebahagiaan selalu menyertai kita semua di tahun 2023.

Sumber: Asia Society, Japan Today, Gaijin Pot, HIS USA, The Culture Trip